بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:

Berikut pembahasan tentang adab berjalan menuju masjid untuk shalat berjamaah, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.

Adab Menuju Masjid

Seorang muslim disyariatkan memperhatikan adab-adab syar’i berikut ketika berangkat menuju masjid, di antaranya:

  1. Berangkat dalam keadaan telah bersuci.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ، ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مَنْ بُيُوتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ، كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً، وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً»

“Barang siapa yang bersuci di rumahnya, lalu berjalan menuju salah satu rumah Allah untuk melaksanakan satu satu kewajiban Allah (shalat), maka langkahnya yang satu menggugurkan dosa, dan yang satu lagi mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)

  1. Berangkat ke masjid lebih awal

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي العَتَمَةِ وَالصُّبْحِ، لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Kalau sekiranya manusia mengetahui keutamaan azan dan berada pada shaf pertama, kemudian untuk memperolehnya mereka harus melakukan undian, tentu mereka akan melakukannya. Kalau sekiranya manusia mengetahui datang lebih awal untuk shalat, tentu mereka akan berlomba untuknya. Dan kalau sekiranya, mereka mengetahui  keutamaan shalat Isya dan Subuh, tentu mereka akan mendatanginya meskipun sambil merangkak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Ketika keluar rumah –meskipun bukan ke masjid- membaca doa,

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

Artinya: Dengan nama Allah, aku bertwakkal kepada Allah, tidak ada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah.

Orang yang membaca doa ini akan dikatakan, “Engkau telah ditunjuki, dicukupi, dan dijaga,” setan pun menjauh darinya. Lalu setan yang lain berkata  kepada setan yang satu lagi, “Bagaimana engkau mampu menguasai orang yang telah ditunjuki, dicukupi dan dijaga?” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani)

  1. Berjalan dengan tenang dan sopan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«إِذَا سَمِعْتُمُ الإِقَامَةَ، فَامْشُوا إِلَى الصَّلاَةِ وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ وَالوَقَارِ، وَلاَ تُسْرِعُوا، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا، وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا»

“Apabila kalian mendengar iqamat sudah dikumandangkan, maka berjalanlah menuju shalat dengan sikap tenang dan sopan[i]. Janganlah terbur-buru. Yang kalian dapatkan dari shalat, maka ikutilah, dan yang tertinggal darimu, maka sempurnakanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Mendahulukan kaki kanan ketika masuk masjid, dan mendahulukan kaki kiri ketika keluar sambil membaca doa yang disebutkan dalam hadits Abu Humaid dan Abu Usaid berikut,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ، فَلْيَقُلْ: اللهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ، وَإِذَا خَرَجَ، فَلْيَقُلْ: اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ

“Apabila salah seorang di antara kamu masuk masjid, maka ucapkanlah,“Allahummaftahli abwaba rahmatik,” (artinya: Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu), dan apabila keluar, ucapkanlah, “Allahumma inni asa’aluka min fadhlik,” (artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu karunia-Mu).” (HR. Muslim)

  1. Setelah masuk masjid, melakukan shalat tahiyatul masjid dua rakaat sebelum duduk.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ المَسْجِدَ، فَلاَ يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ»

“Apabila salah seorang di antara kamu masuk masjid, maka janganlah ia duduk sampai melakukan shalat dua rakaat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Duduk di masjid sambil menghadap kiblat, tidak menganyam jarinya dan tidak membunyikan persendian jarinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ لِلصَّلاَةِ فَلاَ يُشَبِّكْ بَيْنَ أَصَابِعَهُ

“Apabila salah seorang di antara kamu berwudhu untuk shalat, maka janganlah ia menganyam jari-jemarinya.” (HR. Thabrani dalam Al Awsath, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami no. 446)

  1. Menyibukkan dirinya di masjid dengan melakukan ketaatan, seperti shalat, membaca Al Qur’an, dan berdzikr.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا هِيَ لِذِكْرِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالصَّلَاةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ

“Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk berdzikr kepada Allah Azza wa Jalla, melakukan shalat, dan membaca Al-Qur’an.” (HR. Muslim)

  1. Tidak berbuat sia-sia atau mengganggu orang yang sedang shalat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اَلْمَلاَئِكَةُ تُصَلِّي عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ، مَا لَمْ يُحْدِثْ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ، لاَ يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلاَةٍ مَا دَامَتِ الصَّلاَةُ تَحْبِسُهُ ، لاَ يَمْنَعُهُ أَنْ يَنْقَلِبَ إِلَى أَهْلِهِ إِلَّا الصَّلاَةُ

“Para malaikat mendoakan rahmat kepada salah seorang di antara kamu selama ia berada di tempat shalatnya selama ia belum berhadats, sambil berkata, “Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah, sayangilah dia.” Seseorang senantiasa berada dalam shalat selama karena shalat itulah ia tetap berada di tempatnya; dimana tidak ada yang menghalanginya pulang ke keluarganya melainkan shalat.” (HR. Bukhari)

  1. Tidak berisik dan bersuara keras di masjid meskipun dengan dzikr maupun shalawat, apalagi ketika di sana ada yang sedang melakukan shalat sunah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْمُصَلِّيَ يُنَاجِيْ رَبَّهُ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يُنَاجِيْهِ وَ لاَ يَجْهَرْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ بِالْقُرْآنِ

“Sesungguhnya orang yang shalat sedang bermunajat dengan Rabbnya, maka hendaknya ia perhatikan munajatnya, dan janganlah sebagian kalian mengeraskan bacaan Al-Qur’an kepada yang lain.” (HR. Thabrani dalm Al Kabir, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami no. 1951)

Dari As Saa’ib bin Yazid ia berkata, “Aku pernah berdiri di masjid, lalu ada yang melempar batu kerikil kepadaku, maka aku melihat, ternyata orang itu adalah Umar bin Khaththab ia berkata, “Pergilah, ambillah kedua batu ini.”Aku pun datang kepadanya dengan membawa kedua batu itu. Ia (Umar) bertanya, “Siapa kamu berdua?” atau “Dari mana kamu berdua?” Keduanya menjawab, “Dari penduduk Tha’if.” Ia berkata, “Kalau kamu berdua berasal dari penduduk negeri ini, tentu kamu berdua aku sakiti; kamu telah mengeraskan suara di masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari)

Demikianlah keadaan masjid di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya; tenang dan nyaman, dan tidak gaduh serta berisik seperti di zaman sekarang, padahal pengeras suara hanyalah untuk mengumandangkan azan sebagai pemberitahuan tibanya waktu shalat, dan untuk mengajak manusia shalat serta sebagai syiar Islam sehingga azan itulah yang dikeraskan. Adapun dzikr, shalawat, dan doa maka sunnahnya adalah tidak keras-keras sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ

“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam dirimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raaf: 205)

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

“Berdoalah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”(QS. Al-A’raaf: 55)

Dari Abu Musa Al Asy’ariy radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Suatu ketika kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saat kami berada di atas lembah, kami bertahlil (mengucapkan Laailaahaillallah) dan bertakbir dengan suara kami yang keras, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«يَا أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا، إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ، تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ»

“Wahai manusia! Kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada yang tuli dan gaib, tetapi Dia bersama kamu; Maha Mendengar lagi Mahadekat. Mahasuci nama-Nya, dan Mahatinggi keagungannya.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)

Karena seringnya terdengar suara gaduh di masjid, akibatnya ada sebagian orang yang tidak suka tinggal berdampingan dengan masjid disebabkansuara keras yang sering didengarnya, padahal dahulu kaum muslimin sangat senang tinggal berdampingan dengan masjid.

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma ia berkata, “Area di sekitar masjid telah kosong, lalu Bani Salimah ingin pindah rumah agar berdekatan dengan masjid, kemudian berita itu sampai ke telinga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku mendapatkan berita, bahwa kalian ingin pindah ke dekat masjid?” Mereka menjawab, “Ya wahai Rasulullah, kami ingin melakukannya.” Maka Beliau bersabda,

يَا بَنِي سَلِمَةَ دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ، دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ

“Wahai Bani Salimah! Tetaplah tinggal di pemukiman kalian, niscaya jejak langkah kalian akan dicatat (pahala). Tetaplah tinggal di pemukiman kalian, niscaya jejak langkah kalian akan dicatat (pahala).” (HR. Muslim)

Maka mengapa sebagian kita membuat manusia lari dari agama Allah?!

Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.

Marwan bin Musa

Maraji’ : Mata Pelajaran At Tauhid wal Hadits wal Fiqh wat Tajwid kelas 5 (Litbang Kementrian Pendidikan Saudi Arabia), Maktabah Syamilah versi 3.45, Mausu’ah Haditsiyyah Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam Li Abhatsil Qur’an was Sunnah), dll.

 

[i] Yakni sikap yang sopan, merendahkan suara, tidak menoleh, dan sambil menundukkan pandangan.