بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:

Berikut ini pembahasan tentang akhlak wafa (memenuhi janji), semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penulisan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.

Kisah Seseorang yang Memenuhi Janji

Anas bin Nadhr pernah absen dalam perang Badar, lalu ia bersedih karenanya. Selanjutnya ia berkata, "Wahai Rasulullah, aku tidak hadir pada perang pertama kali yang engkau lakukan terhadap kaum musyrik. Sungguh, jika Allah menghadirkan aku dalam memerangi kaum musyrik, tentu Allah akan melihat perbuatan yang aku lakukan." Demikianlah Anas bin Nadhr berjanji atas dirinya untuk berjihad dan memerangi kaum musyrik serta mengejar pahala yang luput pada perang Badar. Maka ketika tiba perang Uhud, kaum muslim terpukul mundur dan dalam barisan terjadi kekacauan, maka Anas berkata kepada Sa'ad bin Mu'adz, "Wahai Sa'ad bin Mu'adz! Surga, demi Tuhan Nadhr, aku menciumnya di balik bukit Uhud." Maka Anas maju melakukan penyerangan yang dahsyat hingga ia syahid di jalan Allah. Ketika itu, para sahabat menemukan delapan puluh luka pada tubuhnya, berupa sayatan pedang, tusukan tombak, lemparan panah, dan tidak ada seorang pun yang mengenali bahwa ia adalah Anas bin Nadhr selain saudarinya melalui tanda yang ada di jarinya. (Muttafaq 'alaih)

Oleh karena itu, para sahabat berpendapat, bahwa Allah telah menurunkan tentang Anas dan kawan-kawannya firman-Nya Ta'ala, "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya)," (Terj. QS. Al-Ahzaab: 23)

As Sayiyidah Khadijah radhiyallahu 'anha adalah seorang istri yang sangat sayang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan memberikan kasih sayangnya kepada Beliau, menyiapkan bantuan untuk Beliau serta rela memikul penderitaan dan ujian dalam menyebarkan dakwah Islam. Saat Khadijah radhiyallahu 'anha wafat, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam selalu memenuhi janjinya untuknya, ia sering mengenangnya, bahkan Beliau bergembira ketika melihat salah seorang dari keluarganya dan memuliakan teman-temannya. Pernah suatu ketika Aisyah merasa cemburu dengannya, sedangkan Khadijah telah meninggal dunia, ia berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Bukankah ia hanya wanita yang sudah tua, dan Allah telah menggantimu dengan yang lebih baik darinya?" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam marah dan bersabda kepadanya,

وَاللهِ مَا أَبْدَلَنِيَ اللهُ خَيْرًا مِنْهَا؛ آمَنَتْ بِي إِذْ كَفَرَ النَّاسُ، وَصَدَّقَتْنِي إِذْ كَذَّبَنِيَ النَّاُس، وَوَاسَتْنِي بِمَالِهَا إِذْ حَرَمَنِيَ النَّاُس، وَرَزَقَنِيَ اللهُ مِنْهَا الْوَلَدَ دُوْنَ غَيْرِهَا مِنَ النِّسَاءِ

"Demi Allah, Allah tidak menggantikan untukku yang lebih baik daripadanya. Ia beriman kepadaku saat manusia kafir, ia membenarkanku saat manusia mendustakan, dan membantuku dengan hartanya saat manusia enggan membantu, dan daripadanya Allah karuniakan aku anak; bukan dari istri yang lain." (HR. Ahmad, dan dinyatakan sebagai "Hadits shahih" oleh Pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar Risalah pada no. 24864)

Demikianlah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau selalu memberikan kesetiaan kepada istrinya Khadijah radhiyallahu 'anha.

Para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari kalangan kaum Anshar (mereka adalah penduduk Madinah) memberikan contoh yang mengagumkan dalam hal memenuhi janji. Mereka membai'at Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk membela Islam, maka mereka memenuhi janjinya. Mereka memberikan makanan kepada saudara-saudara mereka kaum muhajirin dan ikut bersama mereka sampai sempurna kemenangan bagi agama Allah.

Dari 'Auf bin Malik radiyallahu 'anhu berkata, "Kami bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam jumlah sembilan, delapan, atau tujuh orang, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Maukah kalian membaiat Rasulullah?" Maka kami membentangkan tangan kami dan berkata, "Kami bai'at engkau wahai Rasulullah, tetapi dalam hal apa kami membaiatmu?" Beliau menjawab, "Yaitu agar kalian hanya menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan shalat lima waktu, dan taat." Kemudian Beliau mempelankan suaranya dan bersabda, "Dan janganlah kamu meminta-minta kepada manusia." 'Auf bin Malik berkata, "Sungguh, aku melihat orang-orang itu ketika jatuh cemeti salah seorang dari mereka (yang digunakan untuk mengarahkan hewan kendaraan), ternyata tidak ada seorang pun yang meminta orang lain mengambilkan untuknya." (HR. Muslim)

Apa itu Memenuhi Janji?

Memenuhi janji adalah seseorang memegang janji-janji dan kewajibannya. Allah Subhaanahu wa Ta'ala memerintahkan untuk memenuhi janji, Dia Yang Maha Agung berfirman,

وَأَوْفُواْ بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْؤُولاً

"Dan penuhilah janji, karena janji itu akan diminta pertanggungjawaban." (Terj. QS. Al-Israa': 34)

Allah Ta'ala juga berfirman,

وَأَوْفُواْ بِعَهْدِ اللّهِ إِذَا عَاهَدتُّمْ

"Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji." (Terj. QS. An-Nahl: 91)

Macam-macam Memenuhi Janji

Memenuhi janji ada banyak macamnya, di antaranya:

  1. Memenuhi janji dengan Allah.

Antara manusia dengan Allah Subhaanahu wa Ta'ala ada perjanjian yang agung lagi suci, yaitu hanya menyembah Allah saja dan tidak menyekutukan dengan sesuatu serta menjauhi menyembah setan dan mengikuti jejaknya. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَن لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ--وَأَنْ اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ

"Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai Bani Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu--Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus." (Terj. QS. Yaasiin: 60-61)

Oleh karena itu, manusia dengan fitrahnya yang lurus dan akalnya yang sehat merasakan bahwa alam semesta ini mempunyai Tuhan yang berhak disembah, yaitu Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Inilah perjanjian antara kita dengan Allah Subhaanahu wa Ta'ala.

  1. Memenuhi ikatan perjanjian.

Agama Islam memerintahkan untuk menghargai ikatan perjanjian dan memberlakukan syarat-syarat itu ketika telah disepakati. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

الْمُسْلِمُوْنَ عِنْدَ شُرُوْطِهِمْ

"Kaum muslim mengikuti syarat yang mereka sepakati." (HR. Bukhari)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengadakan perjanjian Hudaibiyah bersama kaum kafir, dan Beliau memenuhi konsekwensi perjanjian itu tanpa mengingkari atau mengkhianati, bahkan mereka (kaum kafir) itulah yang suka melanggar dan mengkhianati.

Seorang muslim selalu memenuhi janjinya selama dalam perjanjian itu terdapat ketaatan kepada Allah Rabbul 'aalamiin. Adapun apabila di dalamnya terdapat kemaksiatan dan bahaya bagi orang lain, maka tidak boleh dipenuhi perjanjian itu.

  1. Memenuhi takaran dan timbangan.

Seorang muslim selalu memenuhi timbangan dan tidak menguranginya, karena Allah Ta'ala berfirman menceritakan dakwah salah seorang Nabi-Nya, yaitu Syu’aib ‘alaihis salam,

وَيَا قَوْمِ أَوْفُواْ الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ وَلاَ تَبْخَسُواْ النَّاسَ أَشْيَاءهُمْ

"Wahai kaumku! Cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka." (Terj. QS. Huud: 85)

  1. Memenuhi nadzar

Seorang muslim selalu memenui nadzarnya dan melaksanakan janjinya kepada Allah 'Azza wa Jalla. Nadzar adalah seseorang mewajibkan dirinya melaksanakan ketaatan kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Di antara sifat penghuni surga adalah mereka memenuhi nadzarnya, Allah Ta'ala berfirman,

يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا

"Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana." (Terj. QS. Al-Insaan: 7)

Namun disyaratkan nadzar itu harus dalam hal yang baik. Jika tidak demikian, maka tidak dilaksanakan.

  1. Memenuhi janji

Seorang muslim memenuhi janjinya dan tidak mengingkarinya. Jika ia menjanjikan sesuatu untuk saudaranya, maka ia penuhi janjinya itu dan tidak melanggarnya, karena ia mengetahui bahwa melanggar janji salah satu di antara sifat kaum munafik. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، َوإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ

"Tanda orang munafik itu tiga; jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari, dan jika dipercaya ia khianat." (Muttafaq 'alaih)

أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقاً ، وَإِنْ كَانَتْ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ فِيْهِ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا :مَنْ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ

"Ada empat yang jika ada pada seseorang maka ia menjadi seorang munafik (sejati). Tetapi, jika hanya satu saja, maka dalam dirinya terdapat sifat munafik sampai ia meninggalkannya, yaitu: apabila berbicara berdusta, apabila berjanji mengingkari, apabila bertengkar ia berbuat jahat, dan apabila mengadakan perjanjian ia melanggar." (HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amr)

Dalam Al-Qur’an Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?--Sangat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaff: 2-3)

Ayat ini merupakan celaan dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala kepada orang-orang yang menjanjikan sesuatu, namun ia tidak memenuhinya, atau berjanji melakukan sesuatu tetapi tidak melaksanakannya.

Melanggar Janji dan Khianat

Melanggar janji atau khianat adalah akhlak tercela. Contohnya adalah melakukan curang pada takaran dan timbangan, dsb. Allah Ta'ala berfirman,

إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ الخَائِنِينَ

"Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang khianat." (Terj. QS. Al-Anfaal: 58)

Allah Ta'ala juga berfirman,

الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

"(Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka Itulah orang-orang yang rugi." (Terj. QS. Al-Baqarah: 27)

Orang yang ingkar janji, akan ditampakkan aibnya ini di hadapan manusia yang lain pada hari Kiamat dan dipancangkan di atasnya bendera khianat. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Umar, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda:

إِنَّ الغَادِرَ يُرْفَعُ لَهُ لِوَاءٌ يَوْمَ القِيَامَةِ، يُقَالُ: هَذِهِ غَدْرَةُ فُلاَنِ بْنِ فُلاَنٍ

"Sesungguhnya orang yang ingkar janji akan dipancangkan bendera pada hari Kiamat, dimana kepadanya akan dikatakan, "Inilah pengkhianatan si fulan bin fulan."   

Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Marwan bin Musa

Maraji' : Al Qur'anul Karim, Maktabah Syamilah versi 3.45, Mausu’ah Al Usrah Al Muslimah (dari situs www.islam.aljayyash.net), Modul Akhlakkelas 8 (penulis), dll.