بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:

Berikut pembahasan tentang tolong-menolong dalam kebaikan.  Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penulisan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.

Pengantar

Allah memerintahkan Nabi Ibrahim 'alaihis salam untuk meninggikan dinding ka'bah dan memperbaharui bangunannya, lalu Nabi Ibrahim 'alaihis salam segera melaksanakan perintah itu dan meminta anaknya Nabi Isma'il 'alaihis salam untuk membantunya membangun ka'bah, maka Nabi Isma'il pun menaati ayahnya dan keduanya saling bantu-membantu sehingga bangunan itu selesai. Allah Ta'ala berfirman,

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (sambil berdoa), "Ya Tuhan Kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 127)

Dalam ayat ini terdapat dalil disyariatkannya tolong-menolong dalam kebaikan.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala mengutus Nabi Musa 'alaihis salam menemui Fir'aun untuk mengajaknya beribadah kepada Allah saja, lalu Nabi Musa 'alaihis salam meminta kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala agar mengutus pula bersamanya saudaranya, yaitu Harun untuk membantunya dalam berdakwah, Nabi Musa 'alaihis salam berkata,

وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي (29) هَارُونَ أَخِي (30) اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي (31) وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي

"Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku,-29-(yaitu) Harun; saudaraku,-30-Teguhkanlah dengan dia kekuatanku,-31-Dan jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku," (Terj. QS. Thaahaa: 29-32)

Maka Allah Subhaanahu wa Ta'ala mengabulkan permohonan Nabi Musa 'alaihis salam dan menguatkannya dengan saudaranya. Keduanya pun saling bantu-membantu dalam berdakwah kepada Allah sehingga Allah memberikan kemenangan kepadanya terhadap Fir'aun dan bala tentaranya.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala memberikan kepada Dzulqarnain kerajaan yang besar, ia pun berkelana mengelilingi dunia dari mulai bagian timur sampai bagian barat. Allah Subhaanahu wa Ta'ala memberikan kekuasaan kepadanya di bumi dan memberikan kekuatan, maka ia pun memutuskan dengan keadilan dan memberlakukan perintah-perintah Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Ketika itu di bumi ada sebuah kaum yang mengadakan kerusakan. Mereka adalah Ya'juj dan Ma'juj, mereka menyerang tetangga mereka, merampas harta dan menzalimi mereka dengan kezaliman yang keras, maka mereka yang lemah dan terzalimi itu meminta bantuan kepada Raja Dzulqarnain, memintanya untuk membantu mereka membuat dinding yang besar yang menghalangi mereka dari Ya'juj dan Ma'juj, mereka berkata, "Wahai Dzulkarnain! Sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, agar kamu membuat dinding antara kami dan mereka?" (Terj. QS. Al-Kahfi: 94)

Maka Raja Dzulqarnain meminta mereka bersatu di atas satu aksi, membangun dinding yang tinggi dan besar, mereka harus menggali di padang sahara dan gunung-gunung, demikian pula menyiapkan besi yang banyak untuk membuat bangunan itu. Dzulqarnain berkata,

مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا

"Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka," (Terj. QS. Al-Kahfi: 95)

Mereka semua saling tolong-menolong sehingga berhasil mengumpulkan besi dalam jumlah besar, kemudian meluluhkan  besi tersebut dan membuat dinding yang besar yang melindungi mereka dari gangguan para pelaku kerusakan itu.

Demikianlah contoh-contoh tolong-menolong dalam kebaikan. Contoh lainnya adalah sebagai berikut:

Dahulu pekerjaan yang dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pertama kali ketika hijrah ke Madinah adalah membangun masjid, maka para sahabat saling bahu-membahu bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyiapkan bebatuan dan pohon kurma untuk membangun masjid sehingga bangunan masjid pun dapat diselesaikan.

Para sahabat juga satu aksi dalam berperang menghadapi kaum kafir. Misalnya dalam perang Ahzab, kaum kafir bersatu dari segenap tempat mengepung Madinah, lalu Salman Al Farisiy mengusulkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menggali parit yang besar di sekitar Madinah agar kaum kafir tidak dapat menyerbunya. Saat itu, kaum muslim bersama-sama menggali khandaq (parit) sehingga mereka berhasil menyelesaikannya, dan kaum musyrik dibuat terkejut dengan adanya parit itu, hingga akhirnya Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslim terhadap musuh mereka.

Hakikat Tolong-menolong

Tolong-menolong adalah saling bantu-membantu yang dilakukan manusia antara yang satu dengan yang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka dan untuk mengerjakan kebaikan.

Disyariatkannya Tolong-menolong

Allah Subhaanahu wa Ta'ala memerintahkan untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan dan melarang kita tolong-menolong dalam kemaksiatan, Dia berfirman,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (Terj. QS. Al-Maa'idah: 2)

Tolong-menolong termasuk kebutuhan dalam hidup, karena tidak mungkin seseorang dapat menjalani beban hidup ini sendiri. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salllam bersabda,

مَنْ كَانَ مَعَهُ فَضْلُ ظَهْرٍ فَلْيعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ ظَهْرِ لَهُ، وَمَنْ كَانَ لَهُ فَضْلٌ مِنْ زَادٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ زَادَ لَهُ

 "Barang siapa yang memiliki kelebihan kendaraan, maka berikanlah kesempatan kepada yang tidak punya kendaraan, dan barang siapa yang memiliki kelebihan bekal, maka berikanlah kesempatan kepada yang tidak punya bekal." (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga mendorong untuk membantu para pelayan, Beliau bersabda,

وَلَا تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ، فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ

"Janganlah kamu bebani mereka dengan beban yang memberatkan mereka. Jika kalian membebani, maka bantulah mereka." (HR. Bukhari dan Muslim)

Tuhan kita, yaitu Allah Subhaanahu wa Ta'ala adalah sebaik-baik penolong, Dia senang menolong hamba-hamba-Nya dan memenuhi permintaan mereka. Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya menolong orang lain. Ia juga hendaknya selalu kembali kepada Tuhannya meminta pertolongan dan bantuan-Nya dalam segala urusan, dan ia hendaknya senantiasa mendirikan shalat, dimana di dalamnya terdapat sikap kembali kepada-Nya dan membutuhan pertolongan-Nya sebagaimana yang tertera dalam surat Al Fatihah yang biasa dibaca dalam shalatnya,

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

"Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan." (Terj. QS. Al-Fatihah:  5)

Allah Subhaanahu wa Ta'ala juga menjadikan tolong-menolong sebagai fitrah yang tertanam dalam hati semua makhluk-Nya sampai pada makhluk yang ukurannya kecil sekalipun, seperti lebah, semut, dan serangga yang lain. Kita akan melihat makhluk-makhluk tersebut bersatu dan saling membantu untuk mengumpulkan makanannya, demikian pula mereka bersatu untuk melawan musuh-musuhnya. Dengan demikian, manusia lebih layak untuk saling tolong-menolong karena kelebihan yang Allah berikan kepadanya berupa akal fikiran.

Keutamaan Tolong-menolong

Allah Subhaanahu wa Ta’ala menjanjikan akan menolong seorang hamba, jika ia mau menolong saudaranya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Allah akan menolong hamba-Nya ketika hamba-Nya mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim)

Demikian pula ketika seorang muslim menolong saudaranya, maka bertambahlah kekuatan saudaranya sehingga sampailah ia kepada tujuannya dengan cepat dan sempurna, saudaranya pun akan senang dan mencintainya. Yang demikian adalah karena tolong-menolong mempercepat waktu dan menambah kekuatan.

Disebutkan dalam kata-kata hikmah,

الْمَرْءُ قَلِيْلٌ بِنَفْسِهِ كَثِيْرٌ بِإِخْوَانَهِ

"Seorang itu sedikit jika sendiri dan banyak jika bersama kawan-kawannya."

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

"Perumpamaan kaum mukmin dalam hal cinta, kasih, dan saling menyayangi adalah seperti sebuah jasad, jika salah satu anggota badan ada yang merasa sakit, maka yang lain ikut merasakan dengan tidak bisa tidur dan demam." (HR. Muslim)

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,

يَدُ اللهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ

"Tangan Allah bersama jamaah." (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 1848)

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,

اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

"Orang mukmin dengan mukmin lainnya seperti sebuah bangunan yang satu dengan yang lain saling menguatkan." (Muttafaq 'alaih)

Seorang muslim ketika memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya, demikian pula siapa saja yang memudahkan orang yang susah, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat, dan Allah akan menolong seorang hamba selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,

وَعَوْنُكَ الضَّعِيْفَ بِفَضْلِ قُوَّتِكَ صَدَقَةٌ

"Dan bantuan yang engkau berikan kepada yang lemah dengan sisa kekuatanmu adalah sedekah." (HR. Ahmad, dan dinyatakan sebagai "Hadits shahih" oleh Pentahqiq Musnad cet. Ar Risalah)

Seorang muslim juga ketika melihat seseorang melakukan kemaksiatan, maka hendaknya ia tidak mengolok-oloknya atau menghinanya, karena sama saja ia membantu setan dengan sikapnya itu dan membuatnya putus asa dari rahmat Allah. Yang wajib ia lakukan adalah memegang tangannya dengan menghentikan tindak kemaksiatannya, menasihatinya dan memberitahukan kesalahannya dengan cara yang baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَكُونُوا عَوْنًا لِلشَّيْطَانِ عَلَى أَخِيكُمْ

“Janganlah kalian menjadi pembantu setan terhadap saudara kalian.” (HR. Ahmad, dinyatakan hasan karena syawahidnya oleh Pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar Risalah).

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Tolonglah saudaramu baik yang zalim maupun yang terzalimi.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kami tolong orang yang terzalimi, lalu bagaimana kami menolong orang yang terzalimi?” Beliau menjawab, “Engkau pegang kedua tangannya.” (HR. Bukhari) yakni engkau cegah orang itu melakukan kezaliman.

Wallahu 'alam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Marwan bin Musa

Maraji' : http://islam.aljayyash.net/, Maktabah Syamilah versi 3.45,Mausu’ah Haditsiyyah Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam Li abhatsil Qur’an was Sunnah), Al Wala wal Bara (M. bin Sa’id Al Qahthani), dll.