بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:

Berikut ini lanjutan kumpulan hadits Arba'in karya Imam Nawawi rahimahullah, kami sebutkan dalam risalah ini mengingat di dalamnya terdapat kaedah-kaedah penting dalam Islam. Kami pun membuatkantarjamah (tema) terhadapnya yang insya Allah dapat mewakili kandungan hadits secara umum sekaligus kandungannya secara singkat. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan pennyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.

22. Membatasi Diri dengan Yang Wajib Dapat Memasukkan Seseorang Ke Surga, Lalu Bagaimana Dengan Orang Yang Menambah Dengan Amalan Sunat?

عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ جَابِرْ بْنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ اْلمَكْتُوْبَاتِ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْتُ الْحَلاَلَ، وَحَرَّمْت الْحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ شَيْئاً، أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ ؟ قَالَ : نَعَمْ .

Dari Abu Abdullah Jabir bin Abdullah Al Anshary radhiyallahu 'anhuma, bahwa seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sambil berkata, “Bagaimana pendapatmu jika saya melaksanakan shalat yang wajib, berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan  yang haram[i] dan saya tidak menambah lagi, apakah saya akan masuk surga?". Beliau menjawab, "Ya." (HR. Muslim)

Kandungan Hadits :

  1. Membatasi diri dengan yang wajib dapat memasukkan seseorang ke surga.
  2. Berusaha untuk bertanya terhadap sesuatu yang dapat memasukkan seseorang ke surga.
  3. Surga adalah cita-cita setiap muslim.
  4. Bahwa barang siapa yang mengerjakan kewajiban dan meninggalkan yang haram, maka yang demikian merupakan sebab untuk masuk surga dan terhindar dari neraka.
  5. Yang wajib lebih utama dan lebih didahulukan daripada yang sunat.
  6. Seorang yang membatasi diri dengan yang wajib tidak dicela.
  7. Hendaknya seorang muslim bertanya kepada Ahli Ilmu tentang perkara yang tidak diketahuinya.

23. Bersegera Kepada Kebaikan

عَنْ أَبِيْ مَالِكْ الْحَارِثِي ابْنِ عَاصِمْ اْلأَشْعَرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ الْمِيْزَانِ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ – أَوْ تَمْلآنِ – مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ نُوْرٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ . كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَباَئِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا

Dari Abu Malik Al Haritsy bin ‘Ashim Al ‘Asy’ary radhiyallahu 'anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bersuci sebagian dari iman, Al Hamdulillah dapat memenuhi timbangan[ii], Subhanallah dan Al Hamdulillah dapat memenuhi antara langit dan bumi. Shalat adalah cahaya, sedekah adalah bukti[iii], sabar adalah cahaya. Al Quran dapat menjadi hujjah yang meringankanmu atau yang memberatkanmu. Semua manusia berangkat menjual dirinya[iv], ada yang membebaskan dirinya (dari kehinaan dan azab) dan yang menghancurkan dirinya. (HR. Muslim).

Kandungan Hadits :

  1. Keutamaan wudhu', ucapan "Al hamdulillah", tasbih, shalat, sedekah, sabar, dan Al Qur'an.
  2. Menetapkan adanya timbangan (terhadap amal).
  3. Shalat adalah cahaya di dunia, di barzakh (alam kubur), dan pada hari Kiamat.
  4. Keutamaan kalimat "Al Hamdulillah" dimana ia dapat memenuhi timbangan. Namun tentang maksud "memenuhi timbangan," ada yang berpendapat bahwa kalimat tersebut sebagai bentuk permisalan, yakni maksudnya "Kalau "Al Hamdu" itu berbentuk tubuh tentu ia akan memenuhi timbangan." Ada pula yang mengatakan, bahkan maksudnya adalah, bahwa Allah 'Azza wa Jalla akan menjadikan amal dan ucapan Bani Adam sebagai bentuk yang terlihat pada hari Kiamat dan akan ditimbang.
  5. Sedekah adalah dalil dan bukti yang menunjukkan kebenaran iman pelakunya.
  6. Al Qur'an dapat menjadi pembela seseorang ketika ia melaksanakan perintah yang ada di dalamnya dan menjauhi larangannya. Dan menjadi hujjah atasnya (memberatkannya) ketika ia berpaling darinya.
  7. Bahwa semua manusia keadaannya bisa berusaha kepada hal yang dapat membinasakan dirinya atau dapat membebaskan dirinya. Barang siapa yang mengerjakan ketaatan kepada Allah, maka berarti ia telah menjual dirinya kepada Allah dan membebaskan dirinya dari azab-Nya, sedangkan barang siapa yang berbuat maksiat kepada Allah, maka ia telah menjual dirinya dengan kehinaan dan membinasakannya dengan dosa-dosa yang mengharuskan untuk mendapatkan kemurkaan Allah dan siksa-Nya.
  8. Berusaha mengendalikan diri untuk beramal saleh.
  9. Peringatan agar tidak mengerjakan keburukan.

24. Haramnya Kezaliman

عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ : يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً، فَلاَ تَظَالَمُوا . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ  ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُوْنِي أَهْدِكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِي أَطْعِمْكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِي أَكْسُكُمْ . يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً، فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ   مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ . يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعَمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ    وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ .

Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiyallahu 'anhu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam riwayatnya yang berasal dari Tuhannya ‘Azza wa Jalla; bahwa Dia berfirman, “Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan menjadikan perbuatan itu haram dilakukan antara sesama kamu, maka janganlah kamu saling berlaku zalim. Wahai hamba-Ku! Kamu semua tersesat selain orang yang Aku berikan hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan hidayah kepadamu. Wahai hamba-Ku! Kamu semuanya kelaparan selain orang yang Aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kamu makanan. Wahai hamba-Ku! Kamu semuanya tidak berpakaian selain orang yang Aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku akan berikan kamu pakaian. Wahai hamba-Ku! kamu semuanya melakukan kesalahan di malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya Aku akan ampuni. Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya tidak ada bahaya yang dapat kamu lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak adanya manfaat yang dapat kamu berikan kepada-Ku. Wahai hamba-Ku! Seandainya orang yang pertama di antara kamu sampai orang yang terakhir, dari kalangan manusia dan jinnya semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun.  Wahai hamba-Ku, seandainya orang yang pertama di antara kamu sampai orang yang terakhir, dari kalangan manusia dan jinnya, semuanya berhati jahat seperti jahatnya salah seorang di antara kamu, niscaya hal itu tidak akan mengurangi kerajaan-Ku sedikit pun juga. Wahai hamba-Ku! Seandainya  orang yang pertama di antara kamu sampai orang yang terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit lalu meminta kepada-Ku, kemudian setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku melainkan seperti sebuah jarum yang dicelupkan ke dalam lautan. Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya semua perbuatan kamu akan Aku jumlahkan untuk kamu kemudian Aku berikan balasan. Barang siapa yang mendapatkan kebaikan maka hendaklah dia memuji Allah dan barang siapa yang mendapatkan selainnya, maka janganlah ada yang dicela selain dirinya.” (HR. Muslim)

Kandungan Hadits :

  1. Besarnya rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya dan sayang-Nya Dia kepada mereka.
  2. Haramnya kezaliman bagi Allah meskipun Dia Subhaanahu wa Ta'ala berkuasa.
  3. Seorang muslim wajib menyucikan Allah Subhaanahu wa Ta'ala dari sifat zalim.
  4. Bahwa Allah tidak berbuat zalim karena sempurnanya keadilan-Nya.
  5. Haramnya berbuat zalim di antara manusia. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala, "Maka Janganlah kamu saling menzalimi."
  6. Wajibnya berlaku adil dalam semua perkara.
  7. Manusia pada dasarnya tersesat selain orang yang diberi petunjuk oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala.
  8. Wajibnya meminta hidayah kepada Allah.
  9. Seorang muslim wajib mendatangi sebab diberikannya hidayah dan berusaha kepadanya.
  10. Berhati-hati dari sebab yang menghalanginya memperoleh hidayah.
  11. Mahakaya Allah Subhaanahu wa Ta'ala, dan bahwa semua butuh kepada Allah dalam mendatangkan maslahat dan menolak madharat dalam semua urusan agama dan dunia mereka.
  12. Bahwa anak Adam banyak dosa.
  13. Kemurahan Allah dan ihsan-Nya, dimana Dia tetap mengajak hamba-hamba-Nya -meskipun mereka berbuat zalim dengan berbuat maksiat dan dosa- agar meminta maaf dan ampunan-Nya.
  14. Wajibnya meminta ampunan dari semua dosa.
  15. Kerajaan Allah tidaklah bertambah dengan ketaatan makhluk, dan tidak berkurang ketika mereka bermaksiat.
  16. Sempurnanya kerajaan dan kekuasaan Allah Azza wa Jalla, dan bahwa perbendaharaan-Nya tidak akan habis.
  17. Allah menjaga amal manusia dan akan memberinya balasan.
  18. Wajibnya memuji Allah jika memperoleh kebaikan, karena Dia yang memudahkannya.
  19. Balasan sesuai jenis amalan.
  20. Introspeksi diri terhadap kekurangan yang ada pada diri.

Bersambung…

Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Marwan bin Musa

Maraji': Syarhul Arba'in An Nawawiyyah (Imam Nawawi), Syarhul Arba'in An Nawawiyyah (Sulaiman Al Luhaimid), Al Maktabatusy Syamilah versi 3.35, dll. 




[i] Maksud mengharamkan yang haram adalah  menghindarinya, dan maksud menghalalkan yang halal adalah mengerjakannya dengan meyakini halalnya.  

[ii] Maksudnya adalah timbangan kebaikan seorang hamba pada hari kiamat.

[iii] Bukti akan kebenaran keimanannya.

[iv] Menjual dirinya baik kepada Allah Ta’ala dengan menaati-Nya atau kepada setan dengan bermaksiat kepada-Nya.