بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىقَالَ فَمَنْ

“Sungguh, kamu akan mengikuti jejak orang-orang sebelummu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga jika seandainya mereka menempuh jalan ke lubang dhabb (binatang kecil seperti biawak), tentu kamu akan mengikuti juga.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, Yahudi dan Nasranikah (yang akan diikuti)?” Beliau menjawab, “Siapa lagi?”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Benarlah apa yang disabdakan Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, akhir-akhir ini banyak di kalangan kaum muslimin yang mengikuti jejak langkah orang-orang kafir. Tradisi mereka, budaya mereka, akhlak mereka, serta sebagian syi’ar mereka telah diikuti oleh sebagian kaum muslimin.

Salah satu di antara sekian banyak syi’ar kaum kafir yang diikuti oleh sebagian kaum muslimin adalah “Iidul Hubb” atau “Valentine’s Day”. Inilah hari raya yang oleh sebagian kaum muslimin diikuti, diperingati dan dirayakan., khususnya di kalangan remaja.

Cerita tentang Idul hubb (hari kasih sayang)

Hari kasih sayang adalah salah satu di antara hari raya masyarakat Roma penyembah berhala, di mana pemujaan terhadap berhala sudah memasyarakat di Roma sebelum abad ke-17. Perayaan hari itu ini menurut mereka adalah sebagai ungkapan cinta ilahi.

Ada beberapa kisah tentang hari kasih sayang ini, berikut ini di antaranya:

Cerita pertama, orang-orang Roma memiliki keyakinan bahwa Romalius (pendiri kota Roma) suatu hari pernah disusui oleh srigala. Srigala itu memberikan kemampuan dan daya fikir yang kuat kepadanya. Untuk mengenang peristiwa ini orang-orang Roma mengadakan perayaan besar-besaran pada pertengahan bulan Februari setiap tahunnya. Pada perayaan tersebut diadakan penyembelihan anjing dan kambing, lalu darahnya dioleskan kepada dua orang pemuda yang berbadan kekar. Kemudian dibersihkan dengan air susu. Setelah itu dua orang pemuda tersebut berjalan dengan rombongan besar mengelilingi kota dengan membawa dua potong kulit, yang kemudian dilumuri dengannya orang yang dijumpainya. Ketika itu wanita-wanita Roma menyambut kedatangan rombongan tersebut dengan menghadapkan diri ke kulit bekas lumuran itu, mereka beranggapan bahwa hal itu dapat menghilangkan kemandulan dari mereka atau menyembuhkannya.

Hubungan cerita ini dengan pendeta Valentin

Valentin adalah nama seorang pendeta yang meninggal setelah penyiksaan kaisar Claudius pada tahun 296 M karena menentang keputusannya yang melarang pernikahan di kalangan tentara. Kemudian dibuatkan gereja di Roma di tempat ia dimakamkan pada tahun 350 M untuk mengenangnya. Ketika masyarakat Roma banyak yang memeluk agama Nasrani, mereka masih tetap memperingati tradisi hari kasih sayangnya, namun mereka menggantinya, yang dahulu adalah hari rasa cinta ilahi lalu berubah menjadi hari mengenang korban yang menurut mereka, bahwa pendeta Valentin adalah pembela kasih sayang.

Di antara tindakan mereka yang batil dalam hari raya tersebut adalah dicatatnya nama-nama gadis yang sudah layak nikah dalam lipatan kertas yang kecil, lalu ditaruh dalam mangkok di atas meja, kemudian dipanggil para pemuda yang ingin menikah agar masing-masing mereka mengeluarkan kertas itu, maka pemuda itu siap melayani gadis yang tertulis di kertas itu dalam waktu setahun agar masing-masingnya dapat mengenal lebih jauh yang lain, kemudian keduanya menikah atau mengulangi lagi kegiatan tersebut pada hari raya berikutnya.

Cerita kedua, bahwa orang-orang Roma pada hari-hari pemujaan berhala, memperingati hari raya yang disebut dengan “Loberkaliya” (Lupercalia). Di hari itu, mereka mempersembahkan korban kepada sesembahan mereka, dan mereka meyakini bahwa berhala mereka dapat menjaga mereka dari bahaya dan menjaga ternak mereka dari srigala. Ketika masyarakat Roma memeluk agama Nasrani, pada saat itu pemerintahnya adalah Claudius II, dia melarang tentaranya menikah, karena dianggap nikah itu menghalangi seseorang untuk berperang. Maka Valentin menentang ketetapan ini, sehingga pernikahan tetap terjadi di kalangan tentara secara sembunyi-sembunyi. Ketika kaisar mengetahui hal itu, Valentin pun dimasukkan dalam penjara dan diputuskan untuk dihukum mati.

Cerita ketiga, bahwa kaisar Claudius II adalah seorang penyembah berhala, sedangkan Valentine adalah salah seorang pendeta Nasrani. Kaisar ingin mengeluarkan dia dari agamanya agar ikut menyembah berhala, namun dia menolak, akhirnya dia dihukum mati pada tanggal 14 Februari tahun 270 M, malam hari raya pemujaan berhala, yaitu Loberkalia (Lupercalia). Ketika masyarakat Roma banyak yang memeluk agama Nasrani, mereka masih tetap memperingati hari Lupercalia, namun mereka mengaitkan dengan hari hukuman mati terhadap Valentin untuk mengenangnya karena ia mati demi membela agamanya seperti dalam cerita ketiga ini, atau mati demi membela orang-orang yang bercinta menurut cerita kedua.

Manakah cerita yang benar?

Tidak diketahui, cerita mana yang benar, karena cerita-cerita di kalangan bangsa Roma dan orang-orang Nasrani begitu banyak? Akan tetapi maksud disebutkan cerita ini tidak lain agar kaum muslimin tidak tertipu olehnya sehingga mereka ikut-ikutan memperingatinya.

Sorotan Terhadap Hari Raya Valentin

Jika kita melihat sekilas tentang sejarah Valentin ini dan tindakan yang dilakukan pada hari tersebut, maka kita akan menemukan berbagai keyakinan dan perbuatan yang bertolak belakang dengan ajaran Islam di antaranya:

1. Asal hari kasih sayang adalah sebuah upacara masyarakat Roma penyembah berhala. Akankah seorang muslim yang hanya menyembah Allah mengikuti upacara kaum musyrikin?

2. Jika melihat sejarah hari kasih sayang, kita akan menemukan banyak cerita-cerita yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin manusia bisa disusui oleh srigala, apalagi diberikan kekuatan dan kelebihan dalam berfikir.

3. Jika kita melihat kisah Valentin, maka kita akan menemukan bahwa ternyata hari raya Valentin adalah hari raya mengenang seorang pendeta. Hal ini sama saja berwalaa’ (memberikan dukungan) kepada mereka, sedangkan berwalaa’ kepada non muslim dilarang.

Beberapa acara dalam perayaan Valentin

1. Bersuka ria sebagaimana dalam hari raya.

2. Saling tukar-menukar bunga berwarna merah sebagai tanda cinta, di mana menurut orang-orang Roma dahulu sebagai tanda cinta ilahi, dan menurut orang-orang Nasrani sebagai cinta antar lawan jenis.

3. Membagi-bagikan kartu selamat, terkadang di dalamnya ada gambar anak kecil bersayap dua, dengan membawa busur panah dan anak panahnya. Padahal ini adalah tuhan cinta orang-orang Roma penyembah berhala.

4. Saling tukar-menukar surat yang berisi ungkapan rasa cinta dalam bentuk sya’ir, prosa, atau kalimat yang ringkas. dan terkadang tertulis disana, “Jadilah kamu seorang Valentin”.

5. Di negara-negara Nasrani, pada hari Valentin, masyarakatnya mengadakan pesta baik di siang hari maupun malamnya. Di pesta itu laki-laki bercampur baur dengan wanita dan diadakan acara dansa, di samping adanya acara kirim hadiah berupa bunga merah dan coklat kepada pasangannya, temannya, atau orang yang disukainya.

Jika kita memperhatikan acara tersebut, kita dapat mengetahui bertentangannya acara tersebut dengan ajaran Islam. Hal itu dikarenakan beberapa alasan berikut:

Pertama, Valentin adalah sebuah hari raya, di mana orang-orang bersuka ria pada hari itu. Sedangkan dalam Islam hari raya untuk kaum muslimin hanyalah hari raya ‘Idul Fithri, ‘Idul Adh-ha dan hari Jum’at. Selainnya bukan hari raya umat Islam. Oleh karena itu, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah, ketika itu penduduk Madinah memiliki hari raya tersendiri, Beliau bersabda:

َقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى

"Sungguh, Allah Ta'ala telah memberikan ganti dengan yang lebih baik dari kedua hari itu, yaitu 'Idul Fithr dan 'Idul Adh-ha.”(HR. Nasa’i dan Ibnu Hibban dengan sanad yang shahih)

Kedua, merayakan hari kasih sayang terdapat bentuk tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir, karena yang mengadakannya adalah masyarakat Roma penyembah berhala, kemudian orang-orang Nasrani. Sedangkan kita dilarang bertasyabbuh dengan mereka dalam ciri khas mereka.

Ketiga, perayaan Valentin dimaksudkan untuk menyebarkan rasa kasih, cinta dan sayang tanpa pandang bulu, baik kepada orang muslim maupun orang kafir. Sedangkan kita sebagai kaum muslimin dilarang berwalaa’ (memberikan rasa cinta dan kesetiaan) kepada orang-orang kafir, meskipun dibolehkan berbuat baik dan bersikap adil terhadap mereka dalam bermu'amalah (lihat QS. Al Mumtahanah : 8), sedangkan hati tetap tidak dibolehkan memiliki rasa cinta dan kesetiaan kepada mereka (lih. Al Mujadilah : 22).

Keempat, rasa cinta, kasih dan sayang yang diinginkan dalam perayaan Valentin adalah rasa cinta dan kasih di luar ikatan pernikahan antara laki-laki dan wanita. Di mana hal ini mengakibatkan terjadinya perbuatan zina dan perbuatan lain yang diharamkan Allah Ta’ala.

Oleh karena itu, hendaknya kita tidak memperingatinya, tidak ikut serta dengannya dan tidak hadir di dalamnya. Demikian pula tidak membantunya. Termasuk membantunya adalah mendukung terlaksananya acara tersebut dan mengucapkan selamat atau memberikan bingkisan ataupun menjualnya.

Fatwa Ulama tentang Valentine Day

Berikut ini fatwa dari para ulama yang terhimpun dalam Lajnah Daa’imah (pantia tetap bagian fatwa KSA) no. 21203 tanggal 23/11/1420 H tentang memperingati hari Valentin ketika ada yang mengajukan pertanyaan sbb.:

“Sebagian orang ada yang mengadakan acara hari kasih sayang (Valentin day) pada tanggal 14 bulan Pebruari di setiap tahun Masehi, dan mereka saling tukar menukar hadiah berupa bunga berwarna merah, serta mengenakan pakaian berwarna merah dan saling mengucapkan selamat, dan sebagian toko permen membuat permen berwarna merah serta membuat gambar hati di permen itu, dan sebagian toko juga membuatkan pengumuman terhadap barang khusus hari itu? Apa pendapat anda tentang:

1. Memperingati hari tersebut?

2. Membeli makanan di toko-toko itu pada hari tersebut?

3. Menjualnya para pemilik toko yang tidak memperingati kepada orang yang memperingatinya dengan sebagian barang yang dihadiahkan pada hari itu?

Semoga Allah membalas anda dengan kebaikan.  

Jawab:

”Setelah Lajnah melakukan pengkajian terhadap pertanyaan yang diajukan, lajnah memberikan jawaban, bahwa berdasarkan dalil-dalil Al Qur’an dan As Sunnah yang tegas serta ijma’ salaful ummah bahwa hari raya dalam Islam hanya dua saja yaitu Idul Fithri dan ‘Idul Adh-ha. Adapun hari raya selainnya baik berkaitan dengan seorang tokoh, kelompok, atau suatu peristiwa dan lainnya adalah hari raya yang diada-adakan. Tidak boleh bagi kaum muslimin melakukannya, mengakuinya, serta menampakkan senang terhadapnya dan membantunya dengan sesuatu apa pun, karena yang demikian termasuk melanggar aturan-aturan Allah, dan barang siapa yang melanggar aturan Allah, maka sesungguhnya ia telah berbuat zalim kepada dirinya. Jika ditambah dengan hari raya buatan yang berasal dari hari raya orang-orang kafir, maka hal ini sama saja dosa ditambah dosa, karena hal itu sama saja telah menyerupai mereka dan merupakan bentuk wala’ kepada mereka. Padahal Allah Subhaanahu wa Ta’ala telah melarang kaum mukmin bertasyabbuh (menyerupai) dengan mereka serta berwala’ kepada mereka dalam kitab-Nya yang mulia. Bahkan telah sah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa Beliau bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongannya.”

Perayaan hari Valentin adalah salah satu di antaranya, karena ia adalah salah satu hari raya pemujaan berhala orang-orang Nasrani. Oleh karena itu, tidak halal bagi seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir melakukannya, mengakuinya maupun mengucapkan selamat terhadapnya. Ia wajib meninggalkan dan menjauhinya, memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala sebab yang mendatangkan kemurkaan Allah dan siksa-Nya. Sebagaimana diharamkan pula bagi seorang muslim membantu perayaan ini maupun perayaan haram lainnya baik dengan ikut makan-makan, minum-minum, menjual-belikan,  membuatnya, memberikan hadiah, melakukan surat-menyurat, mengiklankan atau lainnya. Karena semua itu termasuk tolong-menolong atas dasar dosa dan pelanggaran serta di atas maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, padahal Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman, “Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya..” (Terj. QS. Al Maa’idah : 2)

Dan wajib hukumnya bagi seorang muslim berpegang kepada Al Qur’an dan As Sunnah dalam semua keadaannya, apalagi di saat-saat terjadinya fitnah (cobaan) serta banyaknya kerusakan. Ia pun harus berpikir matang dan berhati-hati agar jangan sampai jatuh ke dalam kesesatan orang-orang yang dimurkai (orang-orang Yahudi) dan orang-orang yang sesat (orang-orang Nasrani) serta orang-orang fasik yang tidak takut terhadap keagungan Allah, tidak peduli dengan ajaran Islam. Seorang muslim juga harus berharap kepada Allah, meminta hidayah-Nya serta meminta diteguhkan di atasnya, karena tidak ada yang dapat memberi petunjuk selain Allah dan tidak ada yang memberikan keteguhan selain Dia. Kepada Allah-lah kita meminta taufiq. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.”

Lajnah Da’imah lil buhutsil ‘ilmiyyah wal iftaa’:

Ketua : Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Muhammad Alusy Syaikh, anggota: Shalih bin Fauzan Al Fauzan, Abdullah bin Abdurrahman Al Ghudayyan, dan Bakar bin Abdullah Abu Zaid.

Marwan bin Musa

Maraaji’ : ‘Iidul hubb, qisshatuhu, hukmuhu (Ibrahim bin Muhammad Al Huqail), Fatwa Valentin (Lajnah Daa’imah) dan buletin An Nur “Hukum Merayakan Hari Valentin”.